Produk

PT Borneo Alumina Indonesia

Penggerak Rantai Industri Aluminium

Produk 1
Industry Icon

Alumina (Al₂O₃) adalah senyawa hasil dari proses pemurnian bauksit. Alumina merupakan bahan baku utama dalam produksi logam aluminium. Berbentuk bubuk putih, alumina memiliki tingkat kemurnian tinggi dan menjadi komponen penting dalam industri karena sifatnya yang tahan panas dan reaktif secara kimia.

Melalui teknologi Proses Bayer yang efisien dan ramah lingkungan, kami mengolah bauksit menjadi alumina dengan tahapan:

  • Pencernaan: Bauksit dicampur natrium hidroksida panas untuk melepaskan kandungan aluminium.
  • Klarifikasi: Memisahkan larutan aluminium dari residu padat.
  • Pengendapan: Mengendapkan aluminium hidroksida dari larutan.
  • Kalsinasi: Memanaskan endapan untuk menghasilkan alumina murni.
Produk 2

Proses Bayer

Pada tahap pertama produksi aluminium, bauksit diolah dan dimurnikan menggunakan Proses Bayer menjadi alumina (aluminium oksida, Al2O3). Dalam proses ini, bauksit dicuci dalam larutan panas natrium hidroksida untuk melepaskan aluminium dari bauksit. Alumina berbentuk bubuk putih kemudian diolah menjadi aluminium di pabrik peleburan menggunakan reduksi elektrolitik.

Proses Bayer

Tahapan Proses Bayer

Pencernaan: Bauksit dihancurkan dan dicampur dengan natrium hidroksida panas untuk melepaskan kandungan aluminium.
Klarifikasi: Pengotor yang belum larut diendapkan sebagai lumpur halus dalam tangki pengental. Setelah beberapa tahap pencucian untuk mendapatkan kembali soda kaustik, residu dipompa ke bendungan penyimpanan.
Pengendapan: Kristal alumina diperoleh kembali dari larutan kaustik dengan mengaduk larutan secara mekanis dalam tangki terbuka.
Kalsinasi: Bahan yang diendapkan (disebut hidrat) dicuci dan dikeringkan pada suhu melebihi 1000°C.

Proses Bayer ditemukan pada tahun 1887 oleh Carl Josef Bayer, seorang ahli kimia Austria yang awalnya mengembangkan metode ini untuk memasok alumina ke industri tekstil. Proses Bayer menjadi penting dalam industri produksi aluminium ketika dikombinasikan dengan proses elektrolitik Hall–Héroult. Dengan gabungan kedua proses tersebut, bijih bauksit dapat diolah menjadi alumina, yang kemudian diubah menjadi aluminium.

Saat ini, proses Bayer hampir tidak berubah dan digunakan untuk memproduksi hampir seluruh pasokan alumina dunia sebagai langkah perantara dalam produksi aluminium. Tahapan prosesnya meliputi penggilingan, desilikasi, pencernaan, klarifikasi/pengendapan, pengendapan, penguapan, klasifikasi, dan kalsinasi.